Desa kecil desa masa kecil, mengiring usia hingga remaja,,, penuh suka, penuh duka, penuh bahagia, penuh sahabat, penuh dengan segala problema hidup. Hari penuh cerita berawal dari hari yang indah dan ceria, dimana sturktur social masyarakat yang saling mendukung dalam segala aspek social politik yang bersifat positive, berawal dari cerita suatu hari di sebuah pedesaan yang padat penduduknya terlihat laki-laki ganteng, berkulit sawo, dan tinggi dengan rambut yang tertata rapi sedang bermain sepak bola bersama teman-temannya. Di bawah terik matahari yang panas ia berlari menggiring bola dengan permainan yang bagus, keringatnya bercucuran menetes membasahi tubuhnya.
Tak lama seorang gadis cantik berteriak menyemangati, “ Toni….ayo Toni yang semangat maennya!” mendengar itu Toni tambah semangat memainkan kakinya untuk menggiring bola. Permainan sepak bola itupun selesai, kemudian Toni menghampiri Citra dengan wajah bahagia “sayang,, terimakasih ya tadi udah semangatin aku”. Citra pun senyum dan memberikan Toni air minum, setelah itu mereka pulang dengan arah yang berbeda, dimana Citra rumahnya lebih jauh dibandingkan dengan Toni.
Keesokan harinya di sekolah, Toni dan Citra menghabiskan waktu berdua dengan canda tawa yang bahagia, semua temannya iri melihat mereka yang begitu bahagai seperti sepasang kekasih yang takkan terpisahkan.
Hari demi hari mereka jalani dengan penuh kebahagiaan. Namun waktu terasa begitu singkat yang membuat mereka terpisah. Sungguh, semua teman-temannya tidak percaya akan hal itu terjadi. Toni begitu kesal dengan citra yang selama ini hanya memasang wajah palsu, ia kecewa setelah mendengar perkataan Citra yang membuat hatinya sakit. Toni pun mengingat perkataan Citra “maafkan aku toni, aku tidak bisa melanjutkan hubungan kita ini,, jujur,, aku gak cinta ma kamu,, selama ini, aku hanya berusaha bahagia di depanmu dan membuatmu bahagia”, ia selalu sedih dan merasa bersalah setelah mengingat kata-kata itu.
Memandang photo citra membuat hatinya begitu sakit, ia begitu kesal dan membanting photo itu dan berkata “sungguh kamu tidak punya perasaan !”. malam yang begitu dingin merasuk dalam tubuh seolah itu tak terasa olehnya. Ia berpikir sejenak “mungkin dia bukan yang terbaik untukku saat ini” itulah yang membuat Toni sedikit tenang.
Pagi hari, Toni melihat Citra bersama Irwan duduk di depan kelas, dengan tegar Toni menahan rasa sakit dan hanya terlintas senyum yang dilontarkan untuk Citra. Pada saat jam istirahat Toni bersama teman-temannya bermain sepak bola, disanalah Toni melampiaskan amarahnya dan Toni terlihat tidak konsen dalam menggiring bola sehingga permainannya kurang bagus, ia selalu menendang bola dengan keras. Setelah permainan selesai Toni dengan berat menghampiri Citra dan Irwan, ia berkata “semoga kalian bahagia,, dan aku harap di antara kita tidak ada permusuhan”. Citra hanya tersenyum dan mengiyakan perkataan dari Toni, kemudian Toni beranjak pergi meninggalkan mereka berdua.
Waktu berjalan begitu cepat, seolah-seolah kejadian yang dialaminya kemarin tidak pernah terjadi. Toni yang dulunya kesal, namun saat ini ia seperti biasa menjalani aktivitasnya sehari-hari. Toni pun lulus dan memutuskan untuk melanjutkan SMA di praya, sejak itulah ia memiliki kesempatan untuk tidak satu sekolah bersama Citra.
Masa SMAnya Toni terlihat bersemangat dan bahagia, Ia memiliki banyak teman. Semenjak itulah ia tak pernah mendengar kabar Citra. Ia juga masuk dalam club sepak bola. Pada saat pertandingan, teamnya lah yang meraih juara I (satu) dan mendapatkan medali emas.
Pada saat itu lah Toni memiliki banyak fans, termasuk salah satu dari sahabatnya yang bernama Puji. Puji suka dengan Toni semenjak ia kenal dengan Toni, namun Toni hanya menganggap Puji sahabatnya.
Tak lama semenjak Toni naik kelas XII, ia mendengar kabar Citra yang sudah lama tidak pernah ia dengar. Toni begitu bahagia, karena ia masih menyimpan rasa untuk Citra. Begitu juga dengan Citra yang dulunya tidak ada perasaan sedikitpun untuk Toni, namun saat ini Citra memiliki perasaan yang sama dengan Toni.
Mereka pun kembali seperti dulu, walaupun beda sekolah mereka percaya satu sama lain, mereka menjalani hubungan dengan bahagia. Dulu manis menjadi pahit, namun sekarang pahit itu kembali menjadi manis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar