Selasa, 17 Januari 2012

RESENSI BUKU



Judul               : Qadar, Di Tangan Siapakah Takdir atas Diri Kita?
Penulis            : Fethullah Gulen
Penerbit         : Republika Penerbit
Kota Terbit     : Jakarta
Cetakan          : I (pertama), Januari 2011
Tebal               : 211 halaman
Harga              : Rp  42.000
Desain Cover  : Altarivan
Presensi          : Kurnia Lestari dan L. Alwan Wijayadi

Fethullah Gulen dikenal sebagai seorang pegiat dialog antar agama untuk mengenalkan Islam yang dipahaminya. Pesan itu tidak saja didesiminasikan melalui dialog melalui forum formal ataupun non formal tetapi juga melalui buku yang ditulisnya.
Gülen adalah seorang penulis yang produktif. Dia telah menulis buku tidak kurang 60 judul, rekaman video dan tape yang berisi ceramahnya. Karya-karyanya itu telah menjadi inspirasi bagi jutaan orang pengagumnya,  lebih dari 100 negara di dunia. Begitu kuatnya pengaruh ide atau gagasan yang disampaikannya, para pengagum itu ikut serta mendirikan ratusan institusi pendidikan yang dipelopori oleh Gulen.
Salah satu buku yang akan kami resensi adalah buku beliau yang berjudul “Qadar”.  Beliau menerangkan permasalahan seputar takdir secara lebih rinci, dalam bahasa yang indah dan mudah dicerna oleh segenap lapisan masyarakat. Sehingga setiap muslim yang dulunya tidak peduli kepada masalah takdir, kini mulai mengerti sedikit demi sedikit, dan mulai membicarakannya sesuai dengan berbagai pentunjuk yang dijelaskan  oleh Syeikh Fethullah Gullen berdasar pada petunjuk Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Sejak saat itu pula banyak yang kembali percaya kepada adanya takdir.
Masalah seputar Takdir, baik secara teori maupun praktek diterangkan di hadapan orang-orang yang sangat luas. Pengarang menerangkan dengan lebih detail dan teliti tentang aturan semesta yang awalnya terdiri dari partikel atom-atom yang sangat halus, juga biji-bijian pada tanaman, hingga menjadi benda-benda yang besar, seperti berbagai kendaraan mutakhir dan segala sesuatu yang bergerak. Diterangkan pula, bahwa segala sesuatu yang diciptakan di alam semesta ini telah di atur sesuai dengan takdir dan kehendak Allah Swt.
Selanjutnya diterangkan pula, bahwa titik awal tentang permasalahan di seputar kekeliruan memahami makna takdir yang ada di hampir setiap qalbu manusia akhir zaman telah menimbulkan goncangan kepercayaan, terutama bagi orang-orang yang keimanannya masih berada pada level lemah. Akan tetapi, jika orang-orangnya telah kuat keimanan dan keikhlasannya, maka ibadah yang ia lakukan akan semakin tekun, dan sampai pada puncaknya.
Meskipun demikian, Allah Swt tidak bersifat otoriter dalam menetapkan takdirnya kepada manusia. Dia memberi manusia sebagian hak untuk menentukan pilihannya sendiri. Pada yang sangat bersamaan, Allah Swt telah mengajak calon-calon manusia “pada saat mereka berada di alam ruh” berbicara seperti yang disebutkan dalam firman-Nya berikut ini
“Dan (ingatlah),ketika Rabbmu mengeluarkan keturunan (anak-anak) adam dari sulbi mereka, dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka, seraya berfirman, ‘bukanlah Aku ini Rabb kalian?’ mereka menjawab, ‘Benar, Engkau adalah Rabb kami, kami menjadi saksi atas itu.’ Kami lakukan yang demikian itu agar di Hari Berbangkit kalian tidak mengatakan, ‘Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah (tidak diberi tahu) terhadap ini (keahadan Allah)” (QS al-A’raf [7] : 172 ).
Di dalam dunia ini kita harus mempercayai dan memahami takdir. Takdir merupakan ilmu Allah SWT untuk kita pahami supaya kita bisa menjadi orang-orang yang percaya tentang keajaiban Allah SWT di dunia ini maupun di akhirat kelak.
Di dalam buku ini banyak contoh dan keajaiban Allah SWT di dalam kehidupan seperti halnya dengan banyak sejumlah pertanyaan terkadang mengemuka dalam diri seseorang, baik mempertanyakan kondisi fisik maupun keadaan hidupnya. Ada orang yang bertanya, mengapa ia hanya memiliki satu tangan, padahal ia dilahirkan dari ibu yang mempunyai dua tangan yang lengkap. Ada pula pertanyaan, mengapa ia hidup miskin, sedangkan teman-temannya kaya bergelimang harta, juga mempertanyakan mengapa wajahnya buruk, sementara banyak orang berwajah ganteng dan cantik.
Pertanyaan soal keyakinan pun muncul. Mengapa dirinya beragama Islam, sedangkan tetangganya non-Muslim. Apakah keadaan itu sudah suratan takdir? terwujudnya takdir.
Apakah ia berasal dari kehendak Allah SWT semata ataukah berasal dari kehendak kita sendiri? Atau dipengaruhi oleh kedua-duanya.
Pemahaman yang benar akan masalah qadar (takdir) sangatlah penting, karena sangat terkait dengan persepsi dan sikap kita terhadap apa yang sudah kita miliki dan apa yang harus kita lakukan. Boleh jadi, kita akan terjerumus  jika kita salah memahami makna qadar.

Makna kata takdir adalah ketetapan yang telah dibuat oleh Allah SWT menurut ilmu dan sesuai dengan kehendak-Nya. Dengan kata lain, segala sesuatu yang telah terwujud di masa lalu, di masa kini maupun di masa yang akan datang, semuanya telah ditetapkan kewujudannya oleh Allah SWT.
Setiap manusia itu mempunyai takdir masing-masing dan setiap orang telah di tetapkan amalannya masing-masing oleh Allah SWT. Seorang calon penghuni surga akan memperbanyak amalan ahli-ahli surga. Demikian pula seorang calon penghuni neraka akan memperbanyak amalan ahli neraka, maka dari pada itu Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sehingga kaum tersebut mengubah dirinya (Qs.Al-Rad (13) : 11).
Manusia wajib berikhtiar, namun Allah SWT yang menentukan. Iman kepada Qada’ dan Qadar maupun takdir akan menjadikan kita mempunyai sifat beriman, baik , disiplin, pengendalian diri, sabar, komitmen dan kesiapan. Qadha’ dan Qadar maupun takdir merupakan rahasia Allah SWT Yang tak seorangpun dapat mengetahuinya. Oleh karena itu kita harus menerima dengan penuh keimanan dan harus berbaik sangka kepada Allah Swt.
Kelebihan dari buku ini adalah dapat mempermudah pembaca akan mengetahui dan memahami hal tentang takdir karena dalam buku ini memberikan penjelasan soal takdir dari berbagai sisi yang akan menuntun setiap pembacanya lebih percaya akan takdir Allah SWT. Dalam buku ini juga dapat membantu untuk menemukan pemahaman yang benar tentang qadar, sehingga kita bisa mengetahui di tangan siapa nasib diri kita berada.
Selain itu, dalam buku ini diungkapkan pula bahaya yang ditimbulkan ketika makna takdir disalahpahami. Dijelaskan bahwa takdir berkaitan dengan kedudukan Allah sebagai zat yang menciptakan alam ini, termasuk mengatur semua yang terjadi di alam ini. Dalam rangkaian penciptaan dan pengaturan alam dan isinya, Allah menetapkan segala sesuatu yang pernah dan akan ada atau terjadi berdasarkan ilmu dan kehendak-Nya.

Minggu, 15 Januari 2012

DERMAGA BIRU


Desa kecil desa masa kecil, mengiring usia hingga remaja,,, penuh suka, penuh duka, penuh bahagia, penuh sahabat, penuh dengan segala problema hidup. Hari penuh cerita berawal dari hari yang indah dan ceria, dimana sturktur social masyarakat yang saling mendukung dalam segala aspek social politik yang bersifat positive, berawal dari cerita suatu hari di sebuah pedesaan yang padat penduduknya terlihat laki-laki ganteng, berkulit sawo, dan tinggi dengan rambut yang tertata rapi sedang bermain sepak bola bersama teman-temannya. Di bawah terik matahari yang panas ia berlari menggiring bola dengan permainan yang bagus, keringatnya bercucuran menetes membasahi tubuhnya.
                Tak lama seorang gadis cantik berteriak menyemangati, “ Toni….ayo Toni yang semangat maennya!” mendengar itu Toni tambah semangat memainkan kakinya untuk menggiring bola. Permainan sepak bola itupun selesai, kemudian Toni menghampiri Citra dengan wajah bahagia “sayang,, terimakasih ya tadi udah semangatin aku”. Citra pun senyum dan memberikan Toni air minum, setelah itu mereka pulang dengan arah yang berbeda, dimana Citra rumahnya lebih jauh dibandingkan dengan Toni.
                Keesokan harinya di sekolah, Toni dan Citra menghabiskan waktu berdua dengan canda tawa yang bahagia, semua temannya iri melihat mereka yang begitu bahagai seperti sepasang kekasih yang takkan terpisahkan.
                Hari demi hari mereka jalani dengan penuh kebahagiaan. Namun waktu terasa begitu singkat yang membuat mereka terpisah. Sungguh, semua teman-temannya tidak percaya akan hal itu terjadi. Toni begitu kesal dengan citra yang selama ini hanya memasang wajah palsu, ia kecewa setelah mendengar perkataan Citra yang membuat hatinya sakit. Toni pun mengingat perkataan Citra “maafkan aku toni, aku tidak bisa melanjutkan hubungan kita ini,, jujur,, aku gak cinta ma kamu,, selama ini, aku hanya berusaha bahagia di depanmu dan membuatmu bahagia”, ia selalu sedih dan merasa bersalah setelah mengingat kata-kata itu.
                Memandang photo citra membuat hatinya begitu sakit, ia begitu kesal dan membanting photo itu dan berkata “sungguh kamu tidak punya perasaan !”. malam yang begitu dingin merasuk dalam tubuh seolah itu tak terasa olehnya. Ia berpikir sejenak “mungkin dia bukan yang terbaik untukku saat ini” itulah yang membuat Toni sedikit tenang.
                Pagi hari, Toni melihat Citra bersama Irwan duduk di depan kelas, dengan tegar Toni menahan rasa sakit dan hanya terlintas senyum yang dilontarkan untuk Citra. Pada saat jam istirahat Toni bersama teman-temannya bermain sepak bola, disanalah Toni melampiaskan amarahnya dan Toni terlihat tidak konsen dalam menggiring bola sehingga permainannya kurang bagus, ia selalu menendang bola dengan keras. Setelah permainan selesai Toni dengan berat menghampiri Citra dan Irwan, ia berkata “semoga kalian bahagia,, dan  aku harap di antara kita tidak ada permusuhan”. Citra hanya tersenyum dan mengiyakan perkataan dari Toni, kemudian Toni beranjak pergi meninggalkan mereka berdua.


                Waktu berjalan begitu cepat, seolah-seolah kejadian yang dialaminya kemarin tidak pernah terjadi. Toni yang dulunya kesal, namun saat ini ia seperti biasa menjalani aktivitasnya sehari-hari. Toni pun lulus dan memutuskan untuk melanjutkan SMA di praya, sejak itulah ia memiliki kesempatan untuk tidak satu sekolah bersama Citra.
                Masa SMAnya Toni  terlihat bersemangat dan bahagia, Ia memiliki banyak teman. Semenjak itulah ia tak pernah mendengar kabar Citra.  Ia juga masuk dalam club sepak bola. Pada saat pertandingan, teamnya lah yang meraih juara I (satu) dan mendapatkan medali emas.
                Pada saat itu lah Toni memiliki banyak fans, termasuk salah satu dari sahabatnya yang bernama Puji. Puji suka dengan Toni semenjak ia kenal dengan Toni, namun Toni hanya menganggap Puji sahabatnya.
                Tak lama semenjak Toni naik kelas XII, ia mendengar kabar Citra yang sudah lama tidak pernah ia dengar. Toni begitu bahagia, karena ia masih menyimpan rasa untuk Citra. Begitu juga dengan Citra yang dulunya tidak ada perasaan sedikitpun untuk Toni, namun saat ini Citra memiliki perasaan yang sama dengan Toni.
                Mereka pun kembali seperti dulu, walaupun beda sekolah mereka percaya satu sama lain, mereka menjalani hubungan dengan bahagia. Dulu manis menjadi pahit, namun sekarang pahit itu kembali menjadi manis.